Ini Dia Pendaki Kulit Hitam Pertama yang Sukses Gapai Puncak Everest
Sibusiso Vilane dari Afrika Selatan adalah inspirasi bagi kaumnya. Pria kulit hitam ini mengaku terlambat melakoni hidupnya sebagai pendaki gunung, tapi tekadnya untuk mengubah stereotip pendaki kulit putih tak pernah padam.
Baca juga: 5 Jalur Trekking di Peru, Gak Kalah Keren dari Machu Picchu
Sibusiso berhasil summit di Everest pada 2003 diikuti dengan Explorers Grand Slam yang mengharuskannya menggapai puncak tertinggi di tujuh benua termasuk menggapai Kutub Utara dan Kutub Selatan.
Penjaga cagar alam
Sibusiso tak punya pengalaman mendaki yang mumpuni. Ia hanya bekerja sebagai penjaga cagar alam di sebuah pedesaan di Afrika Selatan namun sangat mencintai alam bebas.
Suatu ketika di tahun 1996 ia bertemu dengan John Doble, Komisaris Tinggi Kerajaan Inggris di Swaziland yang mengajaknya menjelajah cagar alam. Selama perjalanan, ternyata John memperhatikan Sibusiso yang andal mendaki gunung.
“Kamu mendaki gunung dengan baik, saya jadi bertanya-tanya mengapa tak banyak pendaki kulit hitam?” tanya John saat itu.
John kemudian bercerita bahwa Everest tak pernah didaki oleh pendaki kulit hitam dan menawarkan Sibusiso bila ada kesempatan untuk mendakinya.
“Pertanyaan itu provokatif tapi saya menjawabnya dengan tentu saja dengan senang hati saya akan mendakinya. Jawaban itulah yang mengubah hidup saya,” kenang Sibusiso seperti dikutip situs theculturetrip.com.
Pendakian dimulai
Menggapai puncak Everest bukan hal mudah. Dengan bantuan John, Sibusiso melakukan banyak pendakian di banyak tempat dengan ketinggian di atas 6.000 meter dpl.
Pada 23 Mei 2003, Sibusiso akhirnya sukses mencapai puncak Everest dan menurutnya, itu adalah pendakian yang mengubah hidupnya dan banyak memberi pengaruh pada diri dan keluarganya.
“Buat saya gunung itu: menakutkan, mengancam, dan membuat frustasi. Tapi selalu ada sesuatu yang akan menuntun saya untuk kembali lagi.”
Sibusiso Vilane
Sekarang, Sibusiso sudah menyambangi Everest sebanyak empat kali. Tahun 2003 dan 2005 ia sukses menggapai puncak, sedangkan pada 2014 ia terhalang longsoran salju dan gunung ditutup. Dan pada kunjungan keempat, ia berhasil mencapai pos keempat di ketinggian 8.0000 meter dpl tanpa menggunakan oksigen.
Sulitnya jadi pendaki kulit hitam
Menurut Sibusiso, masalah yang dialami pendaki kulit hitam adalah penolakan sponsor dan secara langsung memang sudah terkesan bahwa mendaki gunung adalah olahraga kaum kulit putih saja.
Kesalahan terbesar adalah cara berpikir bahwa orang Afrika hanya melihat bepergian ke tempat dingin dan naik gunung hanyalah untuk orang kulit putih yang kaya raya, jadi tak perlu diikuti.
“Saya berusaha mengubah cara pandang ini di komunitas kulit hitam sejak saya berhasil mencapai puncak Everest dan usaha ini masih menjadi perjalanan yang panjang dan tentunya perjuangan berat!” aku Sibusiso