Amalia Yunita: Rapor Wisata Petualangan Kita Masih Merah

Amalia Yunita: Rapor Wisata Petualangan Kita Masih Merah

Amalia Yunita adalah satu dari sekian banyak pegiat wisata petualangan dengan kiprah mumpuni di Indonesia. Penggagas wisata arung jeram bernama Arus Liar ini sudah cukup lama mendalami industri wisata petualangan yang tak jarang disepelekan dan tak dilirik potensinya.


Baca juga: 5 Jalur Trekking di Peru yang Nggak Kalah Keren dari Machu Picchu


Ditemui di kantornya di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Yuni – sapaan akrab Amalia Yunita – berbincang pada kami perihal lika-liku wisata petualangan di Indonesia. Dari potensi, tantangan hingga “rapor merah” yang menyisakan banyak pekerjaan rumah pada industri pariwisata Indonesia.

Wisata petualangan di Indonesia menyediakan porsi yang begitu besar untuk digarap. Apa andil Pemerintah?

Kementerian Pariwisata di masa Arief Yahya (2014-2019) menaruh perhatian besar pada sektor Wisata Minat Khusus. Ada program untuk wisata tematik dan untuk pertama kalinya ada jabatan Kabid (Kepala Bidang) Wisata Petualangan. Saya sendiri berada di Tim Percepatan untuk bidang ini.

Lima tahun saya membantu Kementerian Pariwisata untuk wisata adventure termasuk strategi pemasarannya. Mana saja yang harus dipasarkan. Kami sudah melakukan sales mission ke Singapura untuk memasarkan wisata petualangan, mengundang blogger dan agen perjalanan untuk famtrip.

Soal SDM, kami melakukan sertifikasi pada para pemandu. Di Jawa Barat sudah sekitar 2.000 pemandu rafting dan pemandu gunung yang disertifikasi. Tahun depan pemandu paralayang menyusul.

Kami juga melakukan lomba desain shelter, karena banyak operator yang tak mengerti seperti apa shelter gunung seharusnya, begitu pula dengan shelter sungai. Banyak yang tak tahu. Ini jelas terasa bedanya kalau kita membandingkan naik gunung Rinjani dengan Kinabalu di Malaysia. Shelter-nya beda!

Memperoleh informasi wisata petualangan itu sulit. Apa penyebabnya?

Pemainnya banyak dan Pemerintah tak punya data. Hanya mengandalkan data pembayar pajak. Padahal banyak operator yang tak bayar pajak apalagi punya izin.

Ada pro-kontra soal masuk dan bermalam di Kawasan Konservasi. Sebetulnya, bolehkah dikunjungi dan bermalam? Izinnya ke siapa?

Banyak sekali kawasan konservasi di Indonesia. Ada yang boleh dikunjungi, ada juga yang limited visitor. Areanya juga luas sekali. Contohnya adalah Taman Nasional Lorentz di Papua. Banyak pendaki internasional yang datang tapi gerbang masuk yang resminya saja nggak jelas di mana.

Saya pernah ke Kilimanjaro di Afrika. Di situ semuanya jelas, ada gerbang resminya, di situ semua diperiksa, bawaan ditimbang, porternya terdaftar, operatornya juga terdaftar.

Di Taman Nasional Lorentz semua ini nggak ada. Jadi kalau pihak Taman Nasional mau melarang orang masuk, memangnya mereka mau jaga di mana? Gerbang resminya saja nggak jelas.

“Namanya pariwisata itu harus ada kolaborasi. Di Indonesia antar Departemen atau satu Divisi saja sering nggak nyambung. Mereka jalan sendiri-sendiri. Inilah kelemahan kita. Rapor kita masih merah di sini.” – Amalia Yunita

Tahun 2020, kira-kira bagaimana tren wisata petualangan?

Soft adventure akan meningkat karena ini tak butuh skill khusus. Kalau dulu ada Seven Summit di dunia, sekarang ada Seven Summit Indonesia, Jawa dan lain-lain.

Paralayang juga akan booming meskipun ini segmen tertentu. Rafting mungkin akan jadi tren untuk river tubing-nya. Karena ini cukup mudah, operatornya juga tak butuh modal besar. Kali kecil juga banyak ditemui.

Glamping juga akan menjadi tren dan sudah terlihat dari sekarang. Banyak operator yang mengoperasikan glamping tapi sayangnya belum ada standarisasinya.

Untuk event yang bertema adventure, apakah akan semakin diminati?

Kalau event sejenis travel fair yang bertema adventure itu lebih menarik minat orang yang ingin beli peralatan adventure dengan harga murah, bukan mencari destinasi atau paket wisata. Pengunjungnya juga mayoritas adalah newbie yang sedang belajar bertualang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *