The North Face, Impian Pendaki yang Berawal dari Pantai

The North Face, Impian Pendaki yang Berawal dari Pantai

Tak banyak yang mengira bahwa brand outdoor populer, The North Face yang ditujukan untuk para pendaki serius ternyata lahir di kawasan pantai yang hangat, bukan di lereng gunung yang penuh petualangan.


Baca juga: 9 Jalur Pendakian Paling Mematikan di Dunia. Berani Coba?


Dua pegiat alam bebas dan pendaki gunung, Douglas dan Susie Tompkins pertama kali menggagas ide untuk membuka gerai peralatan outdoor sekaligus membuat produk yang bermutu tinggi terutama untuk kondisi ekstrim yang dialami pendaki.

Gerai sederhana pertama lahir pada 1966 di North Beach, San Fransisco dan beroperasi khusus untuk para pendaki gunung yang serius, bukan untuk petualang kelas pemula yang masih coba-coba. Peralatan yang dijual juga bermutu tinggi dengan kualitas maksimal.

Paling Ekstrim

Searah dengan konsep produk outdoor yang berkualitas di kondisi ekstrim, nama gerai pun akhirnya menjadi The North Face yang dipilih dan dianggap cukup mewakili semangat dari Douglas dan Susie dalam menjalankan bisnis ini. Nama ini diambil dari sisi gunung yang dianggap paling dingin yang ada di bumi sekaligus kondisi paling ekstrim bagi pendaki.

Pada 1968, The North Face berpindah lokasi ke area Berkeley dan itulah masa di mana The North Face memutuskan untuk memproduksi brand sendiri dengan kualitas tinggi untuk para pendaki gunung.

Tahun ini juga sekaligus menandai masuknya Kenneth Klopp yang mengakuisisi bisnis menjanjikan ini. The North Face mulai menuai sukses dengan menjadi sponsor dalam berbagai ekspedisi dan mendukung atlet-atlet outdoor dari seluruh dunia.

Meluaskan Ekspansi

Kiprah The North Face di era 1960-an ini kemudian melahirkan tagline populernya yang penuh semangat yaitu ‘Never Stop Exploring‘. Dilanjutkan pada era 1980-an, brand ini merambah produk ski dan mulai melakukan penjelajahan di medan-medan dengan cuaca membeku. Di era ini pula The North Face banyak mendukung atlet-atlet olah raga salju.

Mengakhiri era 1980-an, The North Face menjadi satu-satunya pemasok peralatan outdoor yang lengkap, mulai dari peralatan naik gunung, olah raga salju, kantung tidur, ransel dan tenda.


Baca juga: 5 Tempat Diving Favorit di Dunia Versi Booking.com


Nama The North Face semakin populer di era 1990-an dengan diluncurkannya produk untuk olah raga lainnya dan perlengkapan backpacker. Sebelum memasuki abad 21, The North Face akhirnya mewujudkan cita-citanya untuk menghadirkan produk head to-toe, yaitu sepatu treking.

The North Face juga punya andil besar saat meluncurkan dua produk unggulannya, yaitu Thermoball dan Fuseform, sebuah terobosan teknologi dalam industri pakaian untuk petualangan yang memungkinkan penggunanya tetap merasa hangat dengan pakaian yang tak terlalu tebal.

Nyaris Bangkrut

The North Face pernah mengalami masa sulit di era 1990-an. Pergantian manajemen perusahaan pada 1993 membuat perusahaan ini terpaksa menutup beberapa gerainya dan menghentikan produksi beberapa produk dan hanya berfokus pada produk yang laris saja.

Pada 1994, The North Face dijual ke sebuah kelompok usaha dan berganti nama menjadi The North Face , Inc. Sejak itulah brand populer ini mulai merambah produk pakaian kasual sembari mempertahankan kualitasnya untuk produk petualangan.

Langkah ini terbukti ampuh dengan semakin kuatnya posisi perusahaan ini sebagai salah satu penyedia peralatan outdoor terbaik di dunia.

One thought on “The North Face, Impian Pendaki yang Berawal dari Pantai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *