Covid-19 Meluas, Ini Dampaknya Buat Wisata Petualangan Indonesia

Covid-19 Meluas,  Ini Dampaknya Buat Wisata Petualangan Indonesia

Penyebaran virus Covid-19 telah berdampak pada jalannya roda industri pariwisata, termasuk wisata petualangan.  Berhentinya penerbangan yang mendatangkan wisatawan mancanegara seperti China dan Eropa menurunkan jumlah tamu pada obyek-obyek wisata petualangan yang menyebabkan berhentinya operasional pegelola.

Dalam sesi talkshow di pameran Indofest 2020 yang berlangsung di JCC, 12-15 Maret 2020, Asosiasi Industri Wisata Petualangan Indonesia ( Indonesia Adventure Travel & Trade Association / IATTA) mendapat waktu untuk mengadakan diskusi soal dampak wabah virus Corona terhadap industri wisata petualangan. Sesi diskusi ini dipandu oleh Yudi Kurniawan, pemilik usaha produk kegiatan luar ruang, AVTECH.

Cahyo Alkantana, Ketua Umum IATTA menjelaskan wabah virus yang menyebar dari Tiongkok ini sangat memukul pelaku  usaha wisata petualangan. Sebut saja obyek wisata paralayang di Sulawesi Utara, Arung Jeram di Sukabumi dan Susur Gua di Yogyakarta.

“ Sulawesi Utara yang didominasi oleh wisman dari China kini sepi wisatawan dan mematikan usaha paralayang yang selama ini menerima banjir tamu dari negeri ginseng tersebut. Caving di Gua Jomblang yang biasanya 2000 wisatawan per bulan , bulan Januari dan Februari turun drastis hanya 200 tamu, begitu juga pada wisata arung jeram, “ kata Cahyo.

“ Arung jeram juga yang biasanya mendapatkan tamu dari Jakarta kini juga sepi, “ sambung Amalia Yunita yang juga duduk sebagai Sekjen IATTA.

Pelaku usaha banyak yang dari kalangan UKM dan sedang mengembangkan usahanya. Menarik pnjaman dari bank dan kredit mobil untuk operasional usahanya. Namun dengan berhentinya dunia pariwisata akibat wabah Corona ini, menyebabkan mereka tidak dapat melunasi pinjaman dan kredit kendaraannya.

Peluang dalam Situasi Sulit

Namun Sugeng Indradi, salah satu anggota pengurus IATAA yang juga mengelola tempat Glamping di Sukabumi, Tanakita, mengatakan dalam situasi yang sulit saat ini ada oportunity yang bisa diambil. “ sebagai contoh di Tanakita, ternyata dengan sepinya tamu mancanegara, menyebabkan wisatawan domestik yang biasanya berlibur keluar negeri kini  berlibur ke tempat wisata lokal termasuk obyek  glamping.

Jadi kita bisa menbidik wisatawan lokal atau domestik kala pasar wisatawan dari mancanegara tidak ada.

Hal tersebut juga diamini oleh Amalia Yunita yang kurang lebih sama dalam mengantisipasi situasi ini. “ Kami yang biasa menarik wisatawan dari Jakarta dan luar kota lainnya, kini membidik wisatawan lokal seputar Sukabumi yang juga mempunyai potensi sangat besar, “ ujar sosok yang juga menjabat sebagai pengelola wisata arung jeram Arus Liar dan Bravo di Sukabumi.

“ Jadi jika sebelumnya membidik pasar internasional atau interlokal kini kami go-lokal, “ tandasnya.

Namun Cahyo Alkantana mengingatkan bahwa situasi seperti ini akan berlangsung lama, karena wisatawan mancanegara yang berwisata biasanya merencanakan liburan berbulan-berbulan sebelumnya.  Jika awal tahun 2020 tertunda akibat wabah corona, maka mungkin wisatawan akan menunda satu semester atau tahun depan.

Akibatnya Cahyo menyarankan agar para pengusaha wisata petualangan untuk menyiapkan dana operasional untuk 4-6 bulan ke depan jika ingin terus menjalankan roda bisnisnya walaupun sepi tamu. Paling tidak untuk tetap menjalankan perawatan tempat dan peralatan serta menggaji karyawan.

Kepada pemerintah IATTA juga memohon untuk memberikan bantuan  kepada para pelaku usaha wisata petualangan yang tengah mengajukan kredit atau pinjaman untuk memberikan kebijakan penghapusan bunga atau pajak kredit.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *