Skenario Doomsday Setelah Covid-19, Perlukah?

Skenario Doomsday Setelah Covid-19, Perlukah?

Wabah Covid-19 memang belum berakhir dan meskipun sudah mulai ada yang memprediksi kapan pandemi akan sirna, dunia akan tetap menghadapi resesi global multidimensi atau Doomsday.

“2020 hingga 2030 akan jadi tahun penting bagi Indonesia untuk melakukan revolusi pembangunan agar bisa menghadapinya”, ungkap Mahawan Karuniasa, Direktur Environment Institute dalam acara Indonesia Environment Talks 2020 yang dilakukan secara daring.

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa zoonosis atau penyakit hasil transmisi dari binatang ke manusia mengalami peningkatan, salah satu faktor utamanya adalah berkurangnya keanekaragaman hayati, karena terjadinya deforestasi. Diduga, Covid 19 berkaitan dengan kelelawar sebagai inang utama dan trenggiling sebagai inang perantara. Selain deforestasi, perubahan iklim juga berperan dalam meningkatkan jumlah penyakit zoonosis.

Kondisi lingkungan telah mengalami banyak perubahan. Manusia saat ini hidup dengan potensi wabah zoonosis yang lebih banyak, CO2 yang lebih tinggi di atmosfer, suhu permukaan bumi yang lebih tinggi, dan spesies yang lebih sedikit atau biodiversity yang lebih rendah.

Bahkan pada 1 Mei 2020 konsentrasi CO2 di atmosfer menembus rekor mencapai 418 ppm, dan suhu permukaan bumi pada tahun 2019 telah meningkat 1,10 Celcius dibandingkan tahun 1800 an.

Parahnya, pembangunan di Indonesia masih tidak ramah lingkungan, semakin tinggi PDRB suatu provinsi, kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Omnibuslaw juga mengindikasikan belum mendukung pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Meskipun masih banyak pekerjaan rumah urusan pembangunan nasional, namun tidak ada waktu lagi.

“Sudah saatnya Indonesia memiliki skenario Doomsday atau krisis multidimensi yang mengancam eksistensi kehidupan manusia di planet Bumi,” tutup Mahawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *