Kemenparekraf Adakan Sosialisasi dan Simulasi Penerapan CHSE Wisata Arung Jeram

Kemenparekraf Adakan Sosialisasi dan Simulasi Penerapan CHSE Wisata Arung Jeram

Kementerian  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan, Direktorat Wisata Alam, Budaya dan Buatan menyelenggarakan kegiatan “Sosialisasi dan Simulasi Panduan Pelaksanaan CHSE Wisata Arung Jeram” yang berlangsung di Sungai Elo, Magelang, Jawa Tengah pada tanggal 3 Mei 2021.

Hadir dalam kegiatan ini, Direktur Wisata Alam, Budaya dan Buatan Kemenparekraf yang diwakili oleh koordinator Wisata Alam, Itok Parikesit, Kadipaspora Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein,  Ketua Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Kabupaten Magelang Rahman Hakim Setiawan, dan  Ketua Paguyuban Operator Sungai Elo Nuryana.

Hadir juga sebagai pembicara Ketua Umum FAJI, Amalia Yunita dan dr. Siswo P. Santoso, Koordinator Keselamatan dan Keamanan FAJI yang dimoderatori oleh Adi Sulistianto.

Kadisparpora Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein menjelaskan bahwa ada 29 operator arung jeram  yang berizin di Kabupaten Magelang. Ia menyambut baik kegiatan sosialisasi dan simulasi CHSE Wisata Arung Jeram karena sangat relevan dengan situasi pandemi saat ini.

“Penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE merupakan jaminan keamanan bagi para wisatawan yang ingin berarung jeram, sehingga melalui kegiatan ini kita melihat kesiapan kita dalam menerima wisatawan nanti dan mohon tetap extra hati-hati dalam melayani para tamu “,  ujar Slamet Achmad Husein.

Koordinator Wisata Alam Kemenparekraf, Itok Parikesit menjelaskan bahwa panduan CHSE arung jeram sebetulnya telah diluncurkan sejak tahun lalu, namun maksud dari kegiatan ini untuk lebih mempertajam kembali penerapan protokol kesehatan CHSE di lapangan. “Tujuan utama dari kegiatan ini adalah bagaimana wisata arung jeram kembali mendapat kepercayaan dari wisatawan baik domestik maupun mancanegara dengan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE,“ katanya.

Ada 3 aspek yang harus dimiliki operator wisata arung jeram agar mendapat kepercayaan masyarakat. Selain penerapan protokol kesehatan CHSE, para pemandu juga harus mempunyai sertifikasi kerja SKKNI serta perusahaannya juga harus berizin dan memiliki TDUP (Tanda Daftar Usaha Pariwisata). “Dengan ketiga aspek itu barulah kabupaten Magelang dapat menjadi destinasi wisata arung jeram yang berstandar global, “ kata Itok Parikesit menambahkan.

Amalia Yunita, Ketua Umum FAJI menyampaikan paparannya pada sesi pertama. Penggiat arung jeram yang telah mengarungi sungai hingga ke benua Afrika ini menjelaskan bahwa operator arung jeram yang terdata di FAJI terdapat di 17 provinsi pada 60 sungai dengan 187 oerator.

Sebagai pemilik operator arung jeram di Citarik Sukabumi , Jawa Barat, Amalia Yunita menyadari bahwa penerapan standar protokol kesehatan CHSE  ini tidaklah mudah, perlu pengawasan dan konsistensi. Tetapi demi keselamatan dan sumber pekerjaan  untuk kehidupan banyak orang, makanya wajib diterapkan.

“Arung jeram saat ini memiliki situasi ketidakpastian yang tinggi, saya harap para operator yang merupakan para petualang sudah siap menghadapi situasi ketidakpastian  pandemi saat ini. Dengan melakukan modifikasi marketing, penyesuaian  harga paket dengan daya beli pasar, peningkatan kapasitas diri operator melalui standar panduan  new normal dan terus meningkatkan kualitas produk, maka saya yakin seluruh operator arung jeram dapat melalui tantangan di masa pandemi ini”, kata pemilik usaha arung jeram Arus Liar dan Bravo Glamping ini.

Pada pemaparan selanjutnya yang disampaikan oleh dr. Siswo Putranto, dokter yang suka kegiatan bertualang ini menyatakan bahwa virus Covid-19 tidak menular melalui air tetapi lewat pernafasan. Sehingga yang perlu dilakukan adalah terutama adalah memakai masker dan menjaga jarak sosial minimal 1 meter.

“Untungnya di kegiatan arung jeram kita berada di alam terbuka dan diatas arus air. Sehingga seandainya ada virus maka akan menjadi encer saat di air dan selanjutnya yang kita perlukan adalah menjaga jarak saat duduk di atas perahu yang biasanya diisi 6 orang menjadi 4 orang saja”,  kata dokter yang akrab disapa dokter Chico ini.

Dokter yang bertugas di RS UKI ini juga menekankan disiplin memakai masker saat di darat. “Saat briefing di titik start pengarungan hingga duduk di perahu peserta dan pemandu harus tetap memakai masker, namun saat pengarungan tidak perlu memakai masker, karena masker akan menutupi jalan pernafasan, sehingga saat darurat peserta tercebur di air, hidung  dan mulut yang tertutup masker akan menimbulkan efek terganggu dan bisa menimbulkan kepanikan pada peserta.”

“Masker dapat disimpan di dalam wadah plastik berklip agar terjaga dan tetap kering saat dipakai kembali di darat, saat beristirahat maupun kembali ke darat saat finish”, ujarnya menekankan dalam paparan via Zoom.

Untuk mengetahui lebih lanjut panduan pelaksanaan protokol kebersihan, kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan (CHSE) wisata arung jeram, dapat dilihat di https://chse.kemenparekraf.go.id/storage/app/media/dokumen/Pedoman_Wisata_Arung_Jeram.pdf

Kegiatan sosialisasi dan simulasi ini disiarkan secara live stream melalui akun youtube Kemenparekraf, diikuti secara offline oleh 27 operator lokal, dinas pariwisata Kab. Magelang dan sekitarnya, serta 110 peserta yang sebagian besar pengurus cabang FAJI dari 17 provinsi di Indonesia secara daring. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *