Gubernur Bali Larang Pendakian Gunung di Bali, Pemandu Wisata dan Asosiasi Wisata Petualangan Angkat Bicara
Gubernur Bali I Wayan Koster telah melarang kegiatan pendakian di seluruh gunung yang ada di Bali. . Hal ini disampaikan saat rapat koordinasi soal pariwisata bersama Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali R. Agus Budi Santosa, 31 MEI 2023.
Hal ini kemudian menjadi perbincangan dan polemik terutama bagi penggiat wisata petualangan, khususnya pendakian gunung di Bali. Menurut Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia d Bali. I Ketut Mudiada menjelaskan bahwa secara resmi baru ada 15 anggota APGI di Bali, namun setiap kaki gunung sudah ada kelompok pemandu gunung masing-masing.
Menurut pengelola operator pendakian gunung @mudigoestothemountain ini rata-rata wisatawan mancanegara yang mendaki ke Gunung Batur sebanyak 500 orang, sedangkan untuk wisnus sebanyak 200 orang. Sedangkan di Gunung Agung rata-rata sebanyak 75 wisman dan 50 orang wisnus mendaki setiap harinya. Berkaitan dengan larangan kegiatan pendakian gunung di Bali oleh Gubernur Bali, Mudi panggilan akrabnya menyatakan bahwa APGI Bali mengeluarkan pernyataan resmi sebagai berikut:
Bersama ini kami sampaikan tanggapan dari APGI DPProv Bali
Selaku Assosiasi yang dimewadahi para pemandu wisata gunung berharap untuk para anggotanya masih bisa melaksanakan kegiatan kepemanduan gunung.
Melihat pada saat ini dan kedepannya minat wisatawan baik mancanegara maupun domestik melakukan wisata alam semakin meningkat , wisata pendakian gunung salah satunya juga mendapat perhatian semakin banyak kunjungan.
Mengakomodir juga apa yang telah dilakukan di masing -masing jalur pendakian Gunung Ggung dan juga para pemandu wisata pendakian Gunung Agung yang tergabung dalam sebuah Forum Komunikasi Pemandu Wisata Gunung Agung , menyambut baik dengan adanya Surat Edaran pemerintah Provinsi Bali mengenai menjaga kesucian Gunung – Gunung di Bali. Hal itu sudah di laksanakan dengan menerapkan prosedur pendakian Gunung Agung.
Besar harapan dari semua pemandu , rencana peraturan daerah untuk melarang aktifitas pendakian wisata di gunung agung tidak diterapkan namun mengharapkan ada regulasi yang terstruktur dan jelas yang mengatur pendakian wisata di gunung agung untuk menjaga kesucian gunung dan juga memberikan dampak pengembangan ekonomi kerakyatan masyarakat di kaki gunung.
Diskusi publik mungkin diperlukan untuk menyerap aspirasi dari kalangan Assosiasi , penyedia jasa pemandu , travel agent yang menjual wisata petualangan serta stake holder terkait lainnya.
Demikian tanggapan yang bisa kami sampaikan mudah mudahan bisa menjadi perhatian dan bahan pertimbangan.
Disamping itu hal ini juga mendapat perhatian dari Indonesia Adventure Travel & Trade Association. Melaui Sekjennya, Dr. Ir. Amalia Yunita MM (Sust). menyatakan bahwa wisata pendakian gunung mempunya nilai ekonomi bagi masyarakat yang berkesempatan mendapat manfaat darinya. Namun gunung nya sendiri perlu dijaga lingkungannya, juga hubungan spiritualnya.
Bagi sebagian masyarakat gunung, adalah tempat suci yang jangan ternodai oleh masyarakat atau wisatawan yang mengunjunginya. Untuk menjadikan gunung ini bermanfaat secara berkelanjutan tanpa menghasilkan kerusakan ekologi dan mengganggu hubungan spiritual tersebut, perlu kolaborasi dari semua pihak yang terkait. Bagaimana pemilik wilayah menegakkan aturan-aturan, bagaimana melakukan pengawasan dan sangsi, juga termasuk bagaimana menjadikan wisatawannya menjadi “Responsible Tourist”.
Ada wisatawan yang sudah memiliki tanggung jawab untuk mejaga alam dan lingkungannya, namun ada pula yang perlu diajarkan, diperingati dan bahkan diberi hukuman baru menyadarinya. “Menurut saya pelarangan ini bersifat sementara, dan semoga menjadi bagian dari peroses untuk penataan yang lebih baik, juga pelajaran bagi pihak-pihak yang terkait.”
“Kami dari asosiasi berharap seluruh pihak dapat mengambil hikmah dari keputusan yang telah diambil, dan berharap agar wisata pendakian gunung dapat diberlakukan lagi dengan warna baru yang lebih baik. Dunia wisata kita baru saja terpuruk karena pandemi yang cukup lama dan baru saja bangkit lagi, persoalan ini jika diatasi bersama, maka manfaat ekonomi yang ada dari wisata ini kami harap dapat berjalan lagi”.